Senin, April 07, 2008

Never ending conflict...

Wahhhhhh… akhir nya bisa istirahat juga…… fiiiuuuhhhhh….

Yaa…. Pergi bekerja menghadapi medan yang seperti biasa tidak jauh dari Evakuasi, Aksi kekerasan, Demonstrasi, Pengeroyokan, Pembunuhan dan semacam nya.

Kali ini diminta ke Atambua, Kabupaten Belu NTT (Daerah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste). Yang beberapa hari ini terjadi demonstrasi dari orang-orang eks pengungsi Timor-Timor. Saya disini tidak mau berbicara ke ranah Politik. Yang ingin saya share disini adalah, pemahaman context local dan Martial Art yang dapat membantu menyelamatkan diri kita di daerah Hot Zone.

Daerah ini memang termasuk daerah Konflik/ Hot Zone. Dimana beberapa tahun yang lalu salah satu staff Lembaga Organisasi Internasional ada yang terbunuh dan juga di bakar hidup-hidup di tengah lapangan. Malah beberapa hari sebelum saya sampai disana seorang pemuda di keroyok dan terbunuh di hantam oleh besi linggis.

Di daerah tersebut, beberapa konflik dapat diredam dengan cara melibatkan ke Uskup-an Atambua untuk rekonsiliasi perdamaian. Pada saat saya sampai di desa Halilulik (pinggiran Atambua) sudah ada road block menghadang kita. Tim sudah di brief sebelum nya bila di tanya oleh orang-orang di tengah jalan jawaban kita adalah akan ke Gereja Atambua untuk menemui Romo. Dengan nada tinggi dan emosi sambil mengacungkan pedang dan panah ke arah kita, mereka menayakan tujuan kita. Saya jawab ingin ke Gereja Atambua ingin bertemu Romo, pada saat itu juga air wajah penghadang langsung damai dan bersalaman dengan kita dengan ruat muka senyum. Senjata para penghadang sangat berbahaya tapi lebih berbahaya nya lagi bahwa senjata tersebut sudah di lumuri feces yang bila terkena senjata tersebut infeksi yang sangat akut pasti di dapat.

Menarik keluar rekan-rekan saya yang bekerja di sana butuh ketenangan emosi & adrenalin dimana kita melewati jalan-jalan tikus dan tengah hutan, karena rute jalan besar dari Atambua – Kefamenanu hanya ada satu, jadi kita melewati rute jalan yang tidak lazim menghindari kecurigaan penghadang di jalan. Sebelum melewati jalan tersebut kita harus berhadapan dengan orang-orang eks Timor-timor dalam menjemput rekan-rekan di rumah dan di kantor karena target dan pesan mereka jelas akan menyandra pejabat dan staff Lembaga International bila tuntutan mereka tidak di penuhi. Singkat kata, bogem mentah, tendangan dan juga pukulan benda tumpul pasti kita dapatkan. Untung nya Tim yang saya bawa sudah terlatih di Combat Survival Training jadi sudah cukup mampu dan terbiasa dengan kondisi yang stressful.

Sekarang saya bisa tenang karena semua rekan sudah berada di tempat aman, saya bisa bercengkrama dengan keluarga kembali, bisa kembali latihan bersama MAGZ dan juga bisa berinteraksi kembali dengan rekan-rekan praktisi beladiri disini… nge-blog kembali…

Walau saya tahu bahwa ini hanya sementara waktu karena beberapa minggu ke depan akan berada di Hot Zone kembali dengan kondisi lapangan yang berbeda pula. Fiiiiuuhhhh………..